Selasa, 19 Desember 2017

makalah pendidikan anak berbakat




BAB I
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Anak Berbakat
Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memilikikemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”.Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal, berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super.( www.tappdf.com/post/510-jurnal-tentang-anak-berbakat )

1.      Definisi menurut USOE tentang Bakat
Dalam seminar nasional mengenai ystemyna program pendidikan bagi abak berbakat yang diselenggarakan oleh badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan, pusat pengembangan kurikulum dan sarana pendidikan bekerja sama dengan yayasan pengembangan kreativitas pada tanggal 12-14 November 1981 di Jakarta( Utami  Munandar   , 1982). Di sepakati bahwa:
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang professional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan pendidikan yang berdiferensiasi atau pelayanan di luar jangkaun program sekolah biasa  agar dapat merealisasikan sumbagan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputih;

§  Kemampuan intelktual umum
§  Kemampuan akademik khusus
§  Kemampuan berfikir kreatif-produktif
§  Kemampuan memimpin
§  Kemampuan dalam salah satu bidang seni
§  Kemampuan psikpmptor ( seperti dalam olah raga )
 Definsi ini merupakan adopsi dari definisi U.S. Office of education ( Maryland, 1972 ) dan dalam keputusan biasanya disebut sebagai definisi USOE. Yang menarik ialah bahwa pada tahun 1978 di Amerika Serikat kemampuan psikomotor dihapus dari daftar penggolongan bakat dalam bidang psikomotor ( yang di maksudkan adalah bakat dalam bidang olah raga ) sudah cukup mendapat perhatian dan terlayani.

2.      Definisi anak berbakat menurut para ahli
Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat beragam. Keragaman itu sangat tergantung pada perkembangan pandangan masyarakat terhadap bakat.  Berikut beberapa definsi bakat dari berbagai sumber:
a.       Bakat adalah kemampuan yang melekat  dalam diri seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.
b.      Menurut Columbus Group, bakat adalah Gsynchronous development , yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata, mempunnyai intensitas kuat yang di padu dengan pengalaman, dan kesadaran diri yang secara kualitatif berbeda-beda dengan orang normal.
c.       Renzulli ( 1981 ) mendefinisikan bakat sebagai gabungan dari tiga ystem esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keterbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggung jawab.
d.      Menurut tedjasaputra MS ( 2003 ),  bakat adalah kondisi seseorang yang dengan satu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.
e.       Menurut Widodo Judarwonto (2007), bakat adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan, diantaranya meliputi kemampuan intelktual music, matematika, fisika, kimia, informasi teknologi, bahasa, olah raga dan berbagai tingkay kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh diatas rata-rata anak seusianya.
f.       Menurut Galton (2002), bakat merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk  kerja.
g.      Menurut Clark (1986) Keberbakatan adalah yste-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. ( sitiatava Rizema Putra, 2013:19)
Dari beberapa definisi tentang bakat menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa    bakat mengacu pada kemampuan bawaan atau khusus yang spesifik, yang dibawa sejak lahir sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Oleh karena itu, adanya pendidikan kebutuhan khusus untuk anak berbakat adalah untuk membantu anak berbakat mengembangkan potensi yang sudah ada pada anak berbakat agar menjadi wujud yang positif dan   membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Kemampuan yang dimaksud tidak sebatas kemampuan melihat hubungan-hubungan logis dan mengadaptasi prinsip-prinsip abstarak kepada situasi konkret, tetapi juga memiliki kemampuan menggeneralisasikan, lebih dari orang lainnya.
B.     Sejarah Keterbakatan di Amerika Serikat , Eropa, Asia dan Indonesia.

1.    Ameriaka Serikat
               Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya dikaitkan dengan skor tes inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat  (kirk & Gallagher 1979:6   )
Sekitar tahun 1950 pengertian tersebut mulai berkembang ketika para pendidik di Amerika Serikat berusaha memberikan  pengertian yang lebih luas tentang anak berbakat.
          Adapun definisi yang digunakan dalam publik Law (97-135) yang disahkan oleh kongres Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud anak berbakat adalah anak yang menunjukan kemampuan penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa di sediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh ( Clark, 1983:91)
         Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne adalah giftedness berhubungan dengan kecakap yang secara jelas berada diatas rata-rata dalam satu atau lebih rendah ( domain ) bakat manusia. Talented berhubungan dengan penampilan yang secara jelas berbeda diatas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia ( Gagne dalam Calongele dan Davis, 1991).  
         Dari pengertian anak berbakat versi amerika maka dapat di simpulkan bahwa suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat Oleh karena itu, dengan inteligensia ini individu berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan inteligensia pada taraf tinggi karena kemajuan dan percepatan perkembangan tersebut, individu memerlukan pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar kemampuan mereka berkembang secara optimal.

2.              Eropa
Di Negara Eropa, individu yang berbakat telah muncul dimasa kerajaan Roma dan Yunani. Plato mengatakan bahwa salah satu tugas masyarkat ialah mendukung semua hal yang baik untuk mempelajari segala sesuatu yang nantinya bisa menyediakan pelayanan dan memberikan keuntungan bagi masyarakat social ( Urban & sekowski dalam Heller, et al.., 1993). Menurut plato terdapat tiga jenis manusia yaitu emas, perak dan perunggu. Jenis emas adalah manusia unggul, yang mempunyai kelebihan dari jenis yang lainnya. Plato mengatakan bahwa jenis emas ini membutuhkan pendidikan khusus dan amat diperluhkan oleh Negara untuk menduduki posisi penting ( Akbar-Hawadi, 2002).
                        Pada tahun 1859, keterbakatn sempat dianggap mengganggu dan menjadi suatu penyakit. Pada saat itu, orang yang jenius atau berbakat dikenal sebagai orang yang terkena segala patologi yang system sarafnya terganggu. Hal ini dikemukakan oleh Moreau ( Urban & Sekowasi dalam Hellec. Monks & Passow, 1993). Baru pada abad ini, para psikoanalisis mulai memberikan sentuhan yang lebih manusiawi pada definisi keterbakatn atau orang yang jenius. Oleh karena itu, mereka lebih diterima dimasyarakat, tidak merasa diasingkan, serta tidak lagi merasa cemas dan takut. ( Urban & Sekowasi dalam Hellec. Monks & Passow, 1993).
                        Bakat ini  pertama kali dipublikasikan di yugosiavia pada tahun (1910). Di Crechoslovakia (1930). Dan di spanyol dipublikasikan di Barcelona pada tahun 1936. Polandia sudah membuka sekolah swasta untuk anak berbakat sebelum pecahnya perang dunia kedua ketertarikan Belanda pada akademi anak berbakat mulai muncul se-telah hadirnya asal Hungaria, Revesz, pada tahun 1921. Sejak saat itu, Negeri Kincir Angin  ini terus mengembangkan riset dan tulisan-tulisan tentang anak berbakat.
                        Adanya perbedaan penangan anak berbakat di eropa saat ini di sebabkan ystemy masing-masing Negara Eropa yang telah terbagi menjadi Negara-negara bagian barat dan bagian timur, Negara bagian timur lebih menekankan pada kemampaun tinggi seperto, olahraga dan produk-produk kreatif, sedangkan bagian barat lebih kapalitalis. Skandinavia masih beluma ada perlakuan khusus dalam hal pendidikan anak berbakat , dan Negara yang beriklim hangat di Eropa, seperti Itali dan Yunani baru memulai prosesnya untuk membuat orang-orang di negaranya tertarik pada pendidikan khususnya bagi anak berbakat.
                        Keadaan sekolah dan anak-anak berbakat di bawah pemerintah komunis di Eropa bagaian timur umumnya sangat ketat dan tidak berkembang. Kurikulum dan silabus pendidikan harus disediakan dan ditetapkan oleh Negara. Sekoalah swasta juga tidak diberbolehkan berkembang. Umumnya, prestasi akademi yang menonjol justru dianggap sebagai hal yang negative dan mengancam Negara.  Sebaliknya, pemerintah sangat mendukung dan lebih membebaskan pengajar dibidang ini. Umumnya, pemerintah menganggap bahwa kemajuan di bidang olahraga dan seni sebagai propaganda Negara komunis yang sangat baik bagi dunia luar.
                        Awal ketertarikan masyarakat pada keterbakatan anak dikarenakan oleh sebuah Film yang berjudul “ Exceptional Children “ dan buku yang berjudul “ Gifted Children”  oleh Branch dan Cash pada tahun 1966. Sejak saat itu, tulisan proyek, dan studi tentang anak berbakat di Inggris mulai sadar akan topic ini. Mereka menawarkan kursus untuk mengajar anak berbakat bagi guru-guru. Sejak saat itu pula, banyak organisasi tentang keterbakatan bermunculan. Karena dukungan dan pergerakan yang positif ini, pada tahun 1988, pemerintah inggris memperbaiki fasilitas dan program bagi anak berbakat, yang selanjutnya mempengaruhi kurikulum nasional, tes masuk sekolah dan manajemen local sekolah. ( Urban & sekowski dalam Heller, et al.., 1993) mengatakan  bahwa system sekolah ini menajdi lebih cocok untuk anak berbakat.

3.      Asia
Pada abad 18 dan sebelumnya, bangasa Cina berpedoman pada ajaran Confusius ( 500 SM ) yang menekankan bahwa pendidikan harus diberikan bagi seluruh anak dalam segala lapisan ( Akbar-Hawadi, 2002 ). Anak-anak tersebut harus dididik berbeda sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Anak-anak yang pintar dihargai tinggi. Biasanya, mereka yang mempunyai kemampuan yang luar biasa dari segala lapisan social,  dikirim kerajaaan untuk dilatih dan dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan bakat yang mereka miliki. Nantinya, anak-anak berbakat ini akan ditempatkan di Universitas atau menduduki posisi tinggi di kejaan.
                        Pada abad 21 ini, Hongkong masih kurang memperhatikan pendidikan bagi anak berbakat, sementara pendidikan khusus bagi anak berbakat hanya di sekolah internasioanal   hongkong.
                        Di jepang pada masa Tokugawa (1604), anak-anak desa  yang miskin diberikan pelajaran untuk mampu bersikap setia, patuh, rendah hati, dan tekun. Anak-anak samurai dididik dengan mata pelajaran dibidang konfisius klasikal, seni, sejarah, komposisi , kaligrafi, nilai, moral dan etika. Anak dari masyarakat kebanyakan yang berbakat dan anak samurai yang berbakat memperoleh pendidikan khusus yang sama ( Anderson dalam Akbar-Hawadi, 2002:35).
                        Kurikulum pendidikan di Filipina lebih berkiblat pada Amerika. Meskipun demikian, karena keterbatasan ekonomi dan ketidakstabilan politik Negara ini, perkembangan untuk anak berbakat akan terhambat. Untuk mendukung pendidikan anak berbakat di Filipina, pada tahun 1989, pemerintah telah memberikan dana yang lebih besar untuk mengembangkan pendidikan anak berbakat, dan memberikan pelatihan bagi guru untuk mengajar anak berbakat.
                        Pendidikan anak berbakat di Singapura sudah sangat maju. Saat ini, program pendidikan anak berbakat dan program penelitian sains telah diimplikasikan bersama dengan kementrian pendidikan bagian pendidikan anak berbakat. Sejak tahun 1984, the Gifted Education Program ( GEP) telah diimplementasikan oleh kementrian pendidikan untuk meng-cover kebutuhan pendidikan bagi anak berbakat di Singapura. ( Anderson dalam Akbar-Hawadi, 2002:36).   
                        Perubahan ekonomi di Taiwan, dari Negara pertanian menjadi Negara ystemy, menyebabkan peningkatan kesadaran bagi masyarakat Taiwan akan pentingnya pendidikan, khususnya pendidikan bagi anak berbakat. Pada tahun 1968, Taiwan memperpanjang wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun, dan menyediakan pendidikan khusu bagi anak berbakat dan anak yang mempunyai minat khusus. Pemerintah memainkan peran yang sangat besar bagi kebangkitan pendidikan anak berbakat di Taiwan.
                        Meskipun sejak 60  tahun lalu kerajaan Thailand memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi, tetapi program pendidikan anak berbakat masih tergolong  baru di Thailand. Sejak tahun 1980, kesadaran akan kebutuhan pendidikan anak berbakat mulai meningkat, dan sekelompok kecil pendidik menjadi tertarik umum menyediakan pendidikan terdiferensiasi untuk anak berbakat. Karena kesadaran akan kebutuhan pendidikan anak berbakat mulai meningkat. Fakultas pendidikan dengan khususan pendidikan anak berbakat memberikan program master pada tahun 1991.      
                       
4.             Definisi Bakat Versi Indonesia
Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang ystemynal mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang, meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang seni/ystem, dan bidang psikososial/kepemimpinan. ( sitiatava Rizema Putra, 2013:23)
Mereka memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41)
         Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat merupakan potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat yang underachiever juga diidentifikasi  sebagai anak  berbakat, (c) terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak berbakat  adalah “warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”. Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi (a) kemampuan intelektual umum dan akademik khusus, (b) berpikir kreatif-produktif, (c) psikososial/ kepemimpinan, (d) seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus.

C.     Asal Muasal Istilah Gifted ( Berbakat )
Salah satu istilah untuk menyebut anak dengan talenta luar biasa adalah gifted ini atau berbakat.Menurut sebuah catatan dalam jabar.dkkbn.go.id,istilah berbakat pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton (saudara supupu pencetus teori evolusi Charles Darwin) pada tahun 1869. Berbakat dalam pengertian yang di perkenalkan oleh Galton,pada masa itu lebih mengacu pada suatu bakat istimewa yang tidak lazim dimiliki oleh manusia biasa yang di tunjukan oleh seorang individu dewasa. Titik tekan konsepsi keberbakatan istimewa menurut Galton ada pada berbagai bidang.Ia memberi contoh,seperti ahli kimia Mchemisi adame Curie sebagai Gifed (ahli kimia dengan bakat luar biasa atau istimewa). . ( sitiatava Rizema Putra, 2013:25)
Menurut Galton,Keberbakan istimewa ini adalah sesuatu yang sifatnya diwariskan. Arinya,Keberbakatan istimewa adalah sesuatu otensi yang menurun,anak-anak yang menunujukan suatu benuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim diebut sebagai anak berbakat.
Dalam perkembangannya,Lewis B.Terman,serang ahli psikologi dan psikometri dari universitas Stanford di amerika serikat,memperluas pndangan Galton tentang keberbakatan istimewa menjadi termasuk juga di dalamnya individu-individu dengan kapasitas kognitif atau intelektual yang angat tinggi. Sebagai perumus dan originator tes intelegnsia Stanford,Lewis Terman benar-benar terobsesi dengan fenomena anak-anak berbakat ini.Pada awal tahun 1900 an,ia bersama koleganya di Universitas Stanford mulai melakukan penelitian panjang tentang anak-anak berbakat.Dari hasil studinya itu,ia kemudian merumuskan konsepnya tentang arti keberbakatan istimewa.Ia memberikan batasan anak yang memiliki kapasitas kognitif sebagai mana terukur denagn tes intelegensi Stanford Binet berada pada kisaran skor IQ dia atas140.(http://russamsimortomidjojocentre.blogspot.com/2016/10/pendidikan-anak-berbakat.hml  )
Berdasarkan penelitian itu Terman juga meyakini bahwa meki anka-anak berbakat ini kemudian hari pada umumnya sukses sebahai orang-orang dewasa di berbagai bidang profesi.Namun,kesuksesan mereka tidak semata disebabkan oleh kapasitas kognitif mereka yang sangat tinggi,melainkan juga disumbangkan oleh factor-faktor non kognitif yang mereka miliki,seperi motivasi,semangat,komitmen,ketekunan,dan keberanian mengambil resiko.
Pada tahun 1926,Leta Hollingworth, seorang ahli psikologi pendidikan Ameriak Serikat, merilis bukunya yang di kemudian hari menjadi salah satu buku legendaries dalam khazanah literature tentang keterbakatan istimewa. Buku tersebut bertajuk Gifted Childreen; Their Nature and Nurture. Dalam buku tersebut, ia mengemukakan pendapatnya bahwa meskipun keterbakatan istimewa adalah sesuatu yang sifatnya turunan, tetapi tanpa pola pengasuhan dan ketersediaan lingkungan yang mendukung, maka potesnsi tersebut hanya hanya akan tinggal potensi, tidak akan pernah teraktualisasikan. Oleh karena itu, pada periode 1930-an, ia tampil menjadi penganjur utama tentang perlunya orang tua memberikan pola asuh dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak dengan bakat istimewa agar dapat mengaktualisasiakn potensinya. Sejak itulah, istilah berbakat selalu dipergunakan oleh banyak orang untuk merujuk pada potensi sangat tinggi yang dimiliki oleh seseorang. (Conny Semiawan, 1994 : 71 ).
Menurut pendapat kami bahwa asal usul bakat itu diciptakan / dilatih atau dibawa dari lahir. Gagasan bahwa bakat itu bawaan dari lahir tampaknya telah membuat banyak orang merasa tak senang. Bagaimana tidak gagasan itu seolah memenjarakan mereka dari kebebasan bereksplorasi dan dalam menekuni minat tertentu. Bahasan tentang ini sangatlah terkait dengan neurologis dalam diri kita. Maka akan memulai dengan bicara tentangnya. Neuron pertama kita terbentuk pada saat 42 hari di dalam kandungan. 120 hari kemudian, jumlahnya meningkat hingga 9.500 baru setiap detiknya! Di saat kelahiran, kita telah memiliki 100 milyar neuron. Jumlahnya akan tetap sedemikian hingga kita mati nanti. Nah, bicara tentang bakat awalnya adalah yang berikut ini. (Conny Semiawan, 1994 : 73).
60 hari menjelang kelahiran, neuron yang kita punya mulai berkomunikasi satu sama lain dan membentuk jalinan yang di sebut axon. Manakalah sebuah jalinan terbentuk, maka senuah sinapsis pun terbentuk. Di saat usia kita telah mencapai 3 tahun, setiap 100 milyar neuron telah membentuk jaringan sinapsis dengan neuron lain. Nah, keberbakatan kita mulai dari  sini , yakni dengan adanya koneksi antara neuron. Di saat koneksi antar neuron ini terjadi, anak tampak sedemikian aktif luar biasa. Kita biasanya mencermati terjadinya pada 2 waktu: yakni di saat balita dan saat anak berumur belasan tahun (sekitar kelas 1-2 SMA). Itu adalah saat-saat dimana anak dikenal amat aktif dan tampak bakat banyak hal. ( sitiatava Rizema Putra, 2013:32)

D.    Kebijakan
1.      Kebijakan tentang Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat
Mengenai pendidikan anak berbakat atau juga disebut dengan anak dengan  kemampuan dan kecerdasan luar biasa, dinyatakan dalam Undang-Undangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 8 Ayat (2) bahwa “  Waraga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”. Hal ini dipertegas pada pasal 24 bahwa “ Setiap peserta didik pada suatu kesatuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut : Ayat (1) mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, maka implikasinya adalah bahwa perlakuan pendidikan perlu disesuaikan dengan potensi peserta didik. Mereka yang tingkat kecerdasannya jauh di bawah rata-rata tidak dapat menarik manfaat dari pendidikan biasa ( regular ) yang dimaksudkan untuk mayoritas peserta didik dengan tingkat kecerdasan rata-rata atau lebih.Mereka yang termasuk “tuna grahita”ini memerlukan pendidikan luar biasa agar kemampuan mereka yang terbatas itu dapat dikembangkan secara optimal.Demikian pula peserta didik dengan kemampuan intelektual jauh di atas rata-rata,yang di sebut anak berbakat atau anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa,memerlukan kemampuan perlakuan pendidikan khusus agar bakat dan potesnsi mereka yang unggul dapat diwujudkan sepenuhnya. ( Utami Munandar, 2009:16)
      Mengenai bagaimana perlakuan pendidikan khusus bagi anak berbakat itu dapat terlaksana,ada berbagai alternative ; apakah dengan memberikan program pengayaan atau program yang memungkinkan percepatan atau kombinasi antara keduanya.Sehubugan denagn ini pasal 24 ayat (7) menayatakan secara eksplisit bahwa setiap peserta didik mempunyai hak “menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang di tentukan”
      Jelaslah bahwa pasal-pasal dan ayat-ayat tersebut dalam Undang-Undang Republik Indobesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional amat mendukung penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi anak berbakat.
      Demikian pula Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993 yang dsusun denga pancasila sebagai landasan ystemy,dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konsitusional,dalam Bab IV mengenai pembangunan lima tahun ke-enam,khususnya tentang pendidikan,mengamanatkan bahwa “peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa perlu mendapat perhatian lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya”.

2.      Kebijakan tentang pengembangan kreatifitas
Dalam Garis Besar Haluan Negara 1993 (Kaidah penutupan) termasuk bahwa “pembangunan ekonomi harus selalu mengarah kepada mantapnya system ekonominasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang disusun untuk mewujudkan Demokrasi Ekonomi yang harus dijadikan dasar pelaksanaan pembangunan yang memiliki yste,antara lain potensi,inisiatif,dan daya kreasi setiap warga Negara diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum”.
Khusunya mengenai pendidikan nasional,GBHN 1993 menekankan bahwa “pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,yatu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa,berbudi pekerti luhur,berkepribadian,mandiri,maju,tangguh,cerdas,kreatif,terampil,disiplin,ber eyos kerja,professional,bertanggung jawab,dan produktif,serta sehat jasmani dan rohani”. Selanjutnya ditekankan pula bahwa “iklim belajar dan mengajar yang dapat mnumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif,inovatif,dan keinginan untuk maju”. Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan kreatifitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini,yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra sekolah.Secara eksplisit dinyatakan pada setiap tahap perkembangan anak dan pada seiap jenjang pendidikan,mulai dari pendidikan pra sekolah sampai diperguruan tinggi,bahwa kreatifitas perlu dipupuk,dikembangkan,dan di tingkatkan,disamping mengembangkan kecerdasan,dan cirri-ciri lain yang menunjang pembangunan. ( Utami Munandar, 2009:16)

3.      Peranan kreatifitas dalam program pendidikan anak berbakat
Meningatkan kreatifitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Jika kita tinjau tujuan program atau sasaran belajar siswa,kreatifitas biasanya disebut dengan prioritas.Hal inidapa dipahami jika kita melihat dasar pertimbangan (rasional) mengapa kreatifitas perlu dipupuk dan di kembangkan
Hal ini tidak berarti bahwa kreatifitas harus dilihat terpisah dari mata ajaran lainnya.Kreatifitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui factor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu,pertanyaan yang berakhir terbuak penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan.Empat puluh menit waktu untuk kreatifitas tidak cukup,kendatipun ada jga pakar seperti De Bono yang menganjurkan dan mempraktekan kreatifitas sebagai mata ajaran tersendiri,lepas dari bahan materi tertentu misalnya utuk melatih berpikir kreatif tidak perlu dikaitak dengan mata ajaran tertentu.Hal ini memang mempunyai manfaat tertentu.namun, lebih dari itu, perhatian perlu diberikan bagaimana kreatifitas dapat dikaitkan dengan semua kegiatan didalam kelas dan setiap saat.
Indonesia menghadapi transformasi dari masyarakat agrarris kemasyarakat industry dan nantinya kemasyarakat informasi dimana untuk pengambilan keputusan terbuka banyak kemungkinan pilihan. Siswa kita perlu belajar bagaimana menggunakan sumber-sumber mereka seoptimalnya untuk menemukan jawaban inofatif terhadap masalah. Dengan memadukan ungkapan dan pemecahan masalah secara kreatif di dalam kurikulum, kita membantu mempersiapkan siswa untuk masa depan yang penuh tantangan.
Pendapat atau komentar tentang kebijakan yaitu undang-undang sitem pendidikan Nasional mengamatkan bahwa: “ warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusu “ (Pasal 5; ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan” (Pasal 12; ayat 1b). hal ini merupakan berita gembira bagi warga Indonesia yang memiliki bakat khusu dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. ( Utami Munandar, 2009:17)
Pemerintah semakin menyadari perlunya anak-anak berbakat mendapatkan perhatian khusus agar mereka dapat mengaktualisasi kemampuan secara penuh.

E.     Bentuk Pembinaan Anak Berbakat
dari berbagai macam program pembinaan anak berbakat itu dapat digologkan kepada tiga bentuk :
1.    Pemerkayaan, adalah pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak yang berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak-anak pada umumnya.
2.    Pengelompokkan khusus, dilakukan dengan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya. Kegiatan yang dimaksud biasanya berlangsung seminggu sekali atau selama satu semester penuh.
3.    Percepatan, yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program regular di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced courses. ( Utami Munandar, 1982)
Disamping bentuk-bentuk pembinaan seperti tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang  lebih bersifat informal misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan. Juga pemberian bantuan kepada lulusan  program pembinaan anak berbakat untuk memperoleh tempat yang tepat, harus dikonsepsikan se bagai komponen penting pembinaan sumber manusiawi pemberian beasiswa tanpa disertai pembinaan teknik progmatik agaknya belum dimasukan ke dalam usaha pembinaan sumber manusiawi sebagaimana di uraikan di atas. 
v Misalnya, program khusus untuk anak-anak berbakat matematika yang    dipimpin oleh J.C. Stanley di Universitas John Hopkins, Maryland. AS.
v Misalnya yang dilakukan jagadis Boe National Talent Search di Calculus, India.
Tentu  saja iklim sosio-kultural pada umumnya juga tidak adapt di abaikan pengaruhnya terhadap bertumbuh suburnya atau tidak bertumbuh suburnya bakat-bakat unggul menjadi prestasi berkualitas tinggi. Masyarakat yang tata nilai serta aturan mainnya cenderung member kesempatan maju bagi yang berprestasi tinggi tentu lebih member peluang bagi tercetuknya prestasi-prestasi berkualitas tinggi apabila dibandingkan dengan masyarakat yang lebih mementingkan hubungan baik di dalam memberikan ganjaran terhadap hasil karya.

1.      Kebutuhan Personal Pembinaan Anak Berbakat
Berikut ini dikemukakan secara tentaif kebutuhan personal pembinaan anak berbakat yang dilakukan melalui system persekolahan: (Hidayat, dkk. 2006 : 64-65)
a)      Guru-guru di lembaga pendidikan biasa, merupakan mata ranatai penting di dalam identifikasi dan pembinaan anak berbakat. Para guru inilah yang justru berada paling depan, setelah orang tua, yang karena tugasnya bergaul dengan anak-anak dari hari ke hari sehingga mereka pulalah yang pertama-tama memperoleh kesempatan untuk menyaksikan percikan-percikan bakat unggul yang dimaksud.
b)        Para administrator ( di sekoalah maupun di kanwil ), merupakan lapisan kedua personal pendidikan persekolahan yang dapat membantu bakat di sekolah. Admistrator yang secara kaku mengikuti aksara petunjuk dan pedoman pengolahan seringkali juga sekaligus menutup kesempatan bagi guru dan siswa untuk menunjukan yang lebih  baik yang mereka mampu kerjaan.
c)      Guru-guru khusus pendidikan anak berbakat, yang di serahi membina program-program layanan khusus bagi pembinaan bakat. Guru-guru khusus inilah yang harus disoroti persyaratan serta cara penyiapannya didalam seminar ini dan bagaimana telah tersyarat di muka, yang bisa di lakukan di dalam naskah ini barulah sekedar tinjauan penjagaan, bukan pemberian resep. ( Utami Munandar, 1982:64)
Dari uraian di atas dapat di simpulkan, khususnya untuk pembinaan anak berbakat melalui ystem persekolahan, bahwa personal dibutuhkan lebih dari sekedar guru pendidikan anak berbakat.

2.         Persyaratan dan penyiapan Guru Pendidikan Anak Berbakat
Persyaratan khusu guru pendidikan anak berbakat tentu saja terkait sangat erat dengan program layanan khusus yang harus dibinanya. Kesulitan segera muncul karena agaknya tidak gampang untuk begitu saja berbicara tentang guru pendidikan anak berbakat pada umumnya. Tetapi dengan resiko penyerdehanaan yang berlebihan, di bawah ini di kemukakan sejumlah karakteristik yang agaknya diperlukan bagi guru pembinaan anak berbakat akademik: : (Hidayat, dkk. 2006 : 65-66)
a)    Penguasaan materi yang mantap, karena anak berbakat asuhannya diperkirakan melaju pesat di dalam menjelajahi bidang minatya. Mungkin juga di sini tersirat persyaratan tingkatan intelegensi yang tentunya harus sebanding dengan anak-anak asuhannya
b)   Dengan sepenuh hati menyukai bidangnya, baik untuk mencambuknya agar selalu mengikuti perkembangannya secara setia maupun untuk menularkan kegairahannya kepada  anak-anak asuhannya.
c)    Menguasai berbagai strategi belajar mengajar, khususnya yang lebih berpusat kepada siswa ( Cara belajar siswa yang aktif, CBSA) karena diharapkan member hasil pengiring berupa keterampilan menemukan masalah di samping ke kerampilan memecahkan masalah justru lebih penting dari pada problem solving.
d)   Mampu memperoleh kegiatan belajar mengajar secara individual dan kelompok kecil di secara klasikal.
e)    Mengutamakan standar prestasi yang setinggi-tingginya di dalam setiap kesempatan, baik untuk siswanya maupun untuk dirinya sendiri. Guru yang menantang siswa berbakat adalah yang selalu menuntun maksimal , bukan yang sekedar untuk lulus.
f)    Suka bergaul dengan anak-anak berbakat dengan segala keserahannya luwes dalam pendekatan pribadi tetapi tegas dan sistematis di dalam pengetahuan kerja.   

3.      Penutup
Persyaratn dan penyiapan guru pendidikan anak berbakat tidak dapat dibicarakan lepas dari kontes wawasan kependidikan yang lebih luas. Pembinaan anak berbakat perluh di rancang secara teknis: cara pengidenfikasiannya , isi, fasilitas serta admistrasi program pembinaanya, baik dilingkungan pendidikan maupun maupun di kehidupan nyata di masyarakat.
        Dari uaraian ini maka dpat di simpulkan bahwa identifikasi dan pembinaannya bakat merupakan pekerjaan jangka panjang yang kompliks.    Selain bentuk pembinaan tersebut di atas yang berupa secara informal yaitu dengan peran orang tua dalam mengahdapi anak berbakat adalah member perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.

F.     Layanan Pendidikan Anak Berbakat

1.      Kurikulum
Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Dilihat dari kebutuhan anak berbakat, maka kurikulum diferensiasi memperhatikan perbedaan kualiatatif individu berbakat adari manusia lainnya. Dalam kurikulum diferensiasi terjadi penggemukaan materi, artinya materi kurikulum diperluas atau diperdalam tanpa menjadi lebih banyak. Secara kualitatif materi pelajaran berubah dalam penggemukan beberapa konsep esensial dari kurikulum umum sesuai dengan tuntunan bakat, perilaku,  keterampilan dan pengetahuan serta sifat luar biasa anak berbakat.  
Dengan demikian, kurikulum pendidikan bisa mengakomodasi dimensi vertical maupun horizontal pendidikan anak. Secara vertical anak berbakat harus dimungkinkan untuk menyelesaikan pendidikannya lebih cepat. Secara horisontal, disediakan program pengayaan, dimana siswa berbakat dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan.  

2.      Model Penilaian
Pada bagian-bagian identifikasi telah ditemukan tentang penilaian anak berbakat, proses penilaian anak berbakat sebetulnya tidak berbeda dari penilaian pada umumnya,namun pad cakupan kurikulum yang berbeda , mak berbeda dlam penerapan penilaian.
Penerapan penilaian mencakup ciri-cir belajar yang berkenan dengan tingkat berfikir tinggi. Biasanya anak berbakat sering  mampu menilai hasil kinerjanya sendiri secara kritis. Selain itu harus memperoleh umpan balik tentang hasil konerjanya secara terbuka(Conny Semiawan;1994:273).
Biasanya penilaian yang merujuk pada suatu asesmen dilakukan oleh guru yang bukan saja mengenal muridnya, melainkan juga melatih, mendidik dan mengamati sehari-hari.

3.      Guru Anak Berbakat
Untuk menangani anak berbakat di sekolah dasar, tentunya membutuhkan guru-guru yang memiliki kemampuan yang khusus. Dalam ahl ini David G. Armstrong And Tom V.Savege (1983;334) mengutip pendapat James O Schnur ( 1980) sebagai berikut; “ most descriptions of capable teacher of the gifted and talnted”. Deskripsi kemampuan guru yang dimaksud sebagai berikut:
a.       Memiliki kematangan dan keamanan.
b.      Memiliki kreativitas dan fleksibel.
c.       Memiliki kemampuan mengindividualisasikan materi pelajaran.
d.      Memiliki kedalaman pemahaman terhadap pengajarn.
           

















BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang professional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi  dan atas pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangang terhadap diri sendiri maupun masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA


Amstrong, David G. and Savage, Tom V. ( 1983), Secondary Education : An  Introduction,N  New York,      Macmillan Publishing Co.,Inc.

     Utami Munandar, S.C. Ed. 1985, Cet. ke-2 Anak-Anak Berbakat:Pembinaan dan                                                                   Pendidikanya., Jakarta: Yayasan pengembangan kreativitas

Utami Munandar. 2009, Cet. Ke-3  Pengembangan Kreativitas Anak.Jakarta: Rineka Cipta

Sitiatava Rizema Putra. 2013, Cet. Ke-1 Panduan Pendidikan Berbasis Bakat Siswa. . Jogjakarta:DIVA Press
 
Utami Munandar. 1982. Pemanduan Anak Berbakat, Suatu Studi Penjajahan. Jakarta : Rajawali

Clark, B. 1983. Growing Up Gifted: Developing the Potential of Children at Home and at School, Second Edition, Colombus: Charles E. Merril Publishing Company

Kirk. S.A, & Gallagher,JJ.(1979).  Educating Exceptional Children. Boston: Honghton Misslin Co.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasioan ( 1989). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

BPK3K dan YPK : Masalah Identifikasi Anak Berbakat Intelktual , Suatu Studi di Sekolah   Dasar Kelas Enam Jakarta da terhadap Orang tua Murid and Cultural, Jakarta.

Conny Semiawan, ( 1994), Perspektif Psikologi Dan Sosial Pendidikan Anak-Anak Berbakat, Departemen Pendidikan Dan Kebudayan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan.

Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.
http://blograme.wordpress.com/2012/05/14pendidikan-anak-berbakat-memahami-dan -menjelaskan-mengenai-anak-berbakat












Tidak ada komentar:

Posting Komentar